Kue Putu

Kue Putu, Jajanan Manis Berasal Dari Negeri Cina

Posted on

Kue putu merupakan salah satu jenis kue tradisional yang keberadaannya sudah cukup lekat di telinga masyarakat Nusantara.

Biasanya, para pedagang kue putu ini menjajakannya dengan cara dipikul atau menggunakan sepeda yang dilengkapi kotak kayu berisi bahan-bahan kue, termasuk alat masaknya. Ia punya suara ciri khas yang berasal dari uap untuk memasaknya.

Para penjual kue putu biasa menjajakan dagangannya pada malam hari. Jika pedagang lain menjajakan makanannya dengan cara berteriak atau menyebutkan nama dagangannya, lain halnya dengan penjual kue putu. Mereka tak perlu berteriak, cukup dengan suara uap berdesis yang bahkan bisa didengar dari kejauhan.

Tak heran, orang-orang yang ingin membeli kue putu tak perlu khawatir akan terlewatkan, sebab dari kejauhan juga suara khas dari kue putu itu sudah terdengar. Selain itu, pedagang kue putu akan menaruh lilin kecil di atas kotak kayu yang dibawanya sebagai penerangan.

Pada dasarnya, kue putu merupakan kue  berwarna hijau dengan teksturnya yang padat namun juga lembut dan berhamburan saat dimakan.

Ada satu hal yang paling enak dari kue putu ini, yaitu di bagian tengahnya terdapat lelehan gula merah, sehingga ketika dimakan, gue merah yang masih hangat itu akan terasa manis ketika menyentuh lidah. Tak hanya itu saja, kue putu juga turut disajikan lengkap dengan parutan kelapa putih. 

Siapa sangka, ternyata kue putu sudah dibuat sejak masa Dinasti Ming, pada 1368-1644.

Konon, dahulu kue ini dikenal dengan nama xianroe xiao long atau kue dari tepung beras yang diisi kacang hijau. Kue putu klasik di Cina dimasak dengan cara dicetak dalam bambu kemudian dikukus hingga matang. Memiliki tekstur yang sangat lembut, membuat banyak orang menyukai kue tersebut. Bahkan Kaisar Dinasti Ming maupun masyarakat juga kerap menjadikan kue ini sebagai kudapan.

Sementara di Indonesia, banyak yang mempercayai bahwa dahulu penulisan kue putu sendiri adalah Puthu, seperti halnya dari naskah sastra lama, Serat Centhuni pada 1814 di masa kerajaan Mataram.

Disebutkan, konon dahulu ada seorang Ki Bayi Panurta yang meminta para santrinya untuk menyiapkan makanan pagi dan meminta untuk ditambahkan makanan pendamping berupa serabi dan puthu.

Jika saat ini kue tersebut sering dijadikan pada malam hari, dulu kue putu justru biasanya disajikan di pagi hari. Seiring perkembangan zaman, kue putu yang awalnya menggunakan kacang hijau diganti dengan gula jawa.

Banyak yang mempercayai bahwa kue putu berasal dari daerah Jawa Timur. Kendati demikian, kue tradisional ini juga bisa ditemui di kota-kota besar. Ada kemungkinan bahwa keberadaan kue putu di luar Jawa Timur dikarenakan adanya perpindahan orang Jawa Timur yang merantau ke kota-kota besar hingga mulai menjadikan kue putu sebagai salah satu jenis mata pencahariannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *