Sejarah Kota Banjarbaru

Banjarbaru, Lahir dari Spontanitas Naluri Orang Belanda

Posted on

Kota Banjarbaru, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, memiliki sejarah yang kaya dan menarik. Sebagai kota yang relatif baru, Banjarbaru dibentuk sebagai hasil dari perkembangan sosial, ekonomi, dan politik di kawasan Kalimantan Selatan.

Sejarah Banjarbaru dimulai pada awal tahun 1970-an, ketika pemerintah Indonesia merencanakan pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Banjar dari Martapura ke daerah yang lebih strategis. Pada waktu itu, Martapura telah berkembang pesat, dan kebutuhan akan ruang yang lebih luas untuk pemerintahan dan infrastruktur menjadi semakin mendesak.

Pada tahun 1976, melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri, Banjarbaru resmi diresmikan sebagai kota administrasi. Pengesahan ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik di wilayah tersebut. Dengan adanya status kota, Banjarbaru memiliki peluang untuk mengembangkan diri secara mandiri dan lebih terorganisir.

Sejarah mencatat bahwa kota ini berdiri pada 20 April 1999 atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999, yang mana wilayahnya mencakup 5 kecamatan dan 12 kelurahan, serta termasuk ke dalam bagian perkotaan Banjar Bakula.

Akan tetapi, nama Banjarbaru justru lahir akibat spontanitas Dirk Andries Willem Van der Pijl, seorang perencana asal Belanda.

Mulanya, wilayah Banjarbaru merupakan perbukitan di pinggiran Martapura yang dikenal bernama Gunung Apam. Lokasi tersebut merupakan tempat peristirahatan buruh-buruh penambang intan di Cempaka.

Pada tahun 1950-an, Gubernur dr. Murdjani yang dibantu Van der Pijl tengah berencana merancang wilayah itu untuk dijadikan ibukota Kalimantan. Tetapi perencanaan itu terhenti ketika statusnya berubah menjadi kota administratif.

Gubernur dr. Murdjani menyebut nama Banjarbaru untuk nama administratif sementara, juga untuk membedakannya dengan Banjarmasin, tetapi nama tersebut justru melekat hingga kini.

Konon, nama Banjarbaru dicetuskan secara spontanitas oleh Van der Pijl. Saat persiapan perancangan kota, dia sempat bingung mengenai nama daerah terebut. Maka secara naluriah, dia menuliskan Bandjar Baru pada peta kota.

Nama tersebut juga selalu disebutkannya ketika ditanya perihal dimana dan apa nama ibukota Kalimantan yang baru.

Kendati Pijl adalah bangsa belanda, tetapi semasa dia bermukim di Kalimantan, dia memosisikan diri sebagai Urang Banjar. Pijl berdedikasi sekaligus berkontribusi terhadap pembangunan dan budaya Kalimantan.

Karenanya, spontanitas Pijl menuliskan nama Banjarbaru dikaitkan dengan pengetahuannya bahwa Banjarmasin merupakan kota yang historis, maka sebagai perwujudan modernitas Urang Banjar, Banjarbaru disepakati sebagai nama kota yang lebih visioner.

Kota Banjarbaru juga dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Penduduknya terdiri dari berbagai suku, termasuk suku Banjar, Dayak, dan Bugis, yang masing-masing membawa tradisi dan budaya yang unik. Hal ini menciptakan suasana yang kaya dan beragam, di mana berbagai acara budaya dan festival sering diadakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *