Tasikmalaya dikenal sebagai tempat asal para mindring, atau yang lebih dikenal dengan sebutan tukang kiridit. Profesi ini telah menjadi identitas dan tradisi turun-temurun bagi warga Tasikmalaya, berperan penting dalam menggerakkan ekonomi, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah.
Mindring merupakan metode penjualan barang dengan sistem cicilan, memungkinkan pembeli untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus membayar secara tunai. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mindring adalah cara penjualan barang yang pembayarannya dapat dilakukan secara berangsur. Hal ini sangat membantu masyarakat, terutama petani yang tidak memiliki gaji tetap.
Sejarah dan Asal Usul
Profesi ini mulai dikenal sekitar tahun 1920-an, diperkenalkan oleh pedagang Tionghoa Peranakan yang memanfaatkan modernisasi pada masa penjajahan Belanda. Mereka berkeliling dari kampung ke kampung dengan membawa barang dagangan, terutama kain dan pakaian, dan menawarkan sistem pembayaran cicilan.
Pedagang Klonthong: Para pedagang ini dikenal dengan sebutan pedagang klonthong, yang membunyikan alat bernama klonthong saat berkeliling. Mereka menjual barang dengan sistem kredit tanpa perjanjian resmi, mencatat nama dan tagihan pembeli dalam buku catatan.
Penjualan dan Pembayaran: Barang-barang yang dijual, seperti pakaian dan perabotan rumah tangga, dapat diangsur hingga 10 kali. Penagihan dilakukan setiap minggu dengan mendatangi rumah pembeli.
Bunga Rendah: Bunga untuk setiap barang yang dijual biasanya kurang dari 10 persen, menjadikan pembayaran lebih ringan bagi pembeli.
Wilayah Penjualan: Setiap pedagang memiliki area kerja yang mencakup 5 hingga 6 desa, dan pembagian wilayah ini diatur bersama para pedagang.
Sistem mindring memberikan keuntungan bagi pedagang dan pembeli. Pedagang mendapatkan keuntungan meskipun harus menunggu pelunasan kredit, sementara pembeli bisa memenuhi kebutuhan tanpa merasa terbebani.
Seiring waktu, meskipun ciri khas tukang kiridit yang membawa keranjang barang mulai memudar, praktik mindring tetap bertahan. Kini, banyak badan usaha dan perusahaan leasing menerapkan sistem serupa, membantu masyarakat membeli barang-barang mahal dengan cara yang lebih terjangkau.
Mindring dari Tasikmalaya bukan hanya sebuah cara bertransaksi, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang membantu menggerakkan roda perekonomian. Dengan evolusi dari sistem sederhana menjadi lebih modern, mindring tetap relevan dalam membantu masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan berkontribusi pada ekonomi Indonesia.