Pada zaman bercocok tanam dan beternak, manusia mulai menetap di desa-desa. Disana, mereka mulai mengatur kehidupan menurut kebutuhan bersama yang dipusatkan untuk menghasilkan makanan sendiri melalui usaha pertanian dan peternakan.
Pada masa menetap ini jugalah manusia berupaya untuk meningkatkan kegiatannya demi mencapai hasil yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Cara yang mereka lakukan adalah dengan melakukan penyempurnaan di bidang pertanian, peternakan dan pembuatan gerabah. Sehingga mulai dari sinilah muncul golongan undagi atau golongan pengrajin.
Dilansir dari buku Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Kepulauan Nusantara Awal terbitan Lentera Abadi, Jakarta menuliskan, pada zaman perundagian tersebut ukuran desa menjadi lebih besar. Bahkan beberapa desa yang letaknya berdekatan juga berangsur melebur menjadi satu.
“Itu dilakukan untuk memudahkan pertukaran barang guna memenuhi kebutuhan hidup penduduknya. Sehingga dengan demikian, jumlah penduduk pun pada masa situ semakin bertambah besar. Contohnya seperti dari situs peninggalan di Gilimanuk Bali, diperkirakan pada zaman itu penduduk disana telah mencapai 300 orang,” tulisnya.
Kepadatan penduduk juga terus meningkat hingga 20 orang per kilometer persegi, namun kehidupan masyarakat di zaman ini semakin teratur. Contohnya, pada zaman itu mulai ada pembagian kerja yang rapi berdasarkan kemampuan setiap individunya.
Mereka pun kemudian saling bahu membahu dalam mempertahankan dan meningkatkan taraf hidupnya. Meskipun tata kehidupan sudah teratur, perburuan hewan liar seperti harimau dan kijang masih tetap dilakukan.
Selain untuk menambah mata pencaharian, perburuan itu juga dilakukan untuk memperlihatkan tingkat keberanian dan kegagahan di lingkungan. Pada masa itu, pemburuan tersebut dilakukan dengan menggunakan tombak, panah dan jerat yang terbuat dari bambu atau rotan yang ujungnya dilingkarkan.
Kegiatan ini pun dilakukan secara perorangan atau kelompok dengan bantuan anjing pemburu. Selain itu, pertanian dalam bentuk perladangan atau pesawahan juga merupakan sumber mata pencaharian tetap dan masih merupakan usaha bersama masyarakat.
Setelah sistem persawahan diterapkan, pembagian waktu dan kerja pun semakin ketat. Sebab, kegiatan ini membutuhkan pengawasan khusus, sehingga terbentuklah golongan pemimpin dalam masyarakat.
Seorang pemimpin yang disegani dan dihormati itu dipilih diantara mereka sesuai dengan kesepakatan bersama. Sementara itu, sesuai dengan namanya, zaman perundagian tersebut ditandai dengan munculnya golongan pengrajin.
Diketahui, alat-alat yang dibuat oleh para pengrajin juga semakin beragam dan maju dikarenakan perkembangan teknologi. Diantara teknologi baru yang berhasil ditemukan pada masa itu adlah kemampuan dalam melakukan peleburan biji logam.
Oleh karena itulah, pada masa itu juga semakin banyak manusia yang menggunakan logam dalam perkakas sehari-harinya.*