Dijadikan Tanda Awal, Kenali Sejarah Hilal

Posted on

Koropak.co.id – Guna menentukan awal Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri, para pemuka agama dan juga ilmuwan berbondong-bondong melihat hilal. Lantas, apa itu hilal?

Dilansir dari berbagai sumber, hilal merupakan bulan sabit muda yang terlihat setelah terjadinya konjungsi ke arah dekat matahari terbenam sebagai acuan awal bulan kalender Islam.

Hilal tidak akan terlihat pada senja hari sebelumnya sebab posisi bulan saat itu memang tidak terdapat di sana. Dengan kata lain, awal bulan jatuh pada besok lusa.

Selain kerap disinggung pada sidang penentuan puasa atau hari raya, hilal ini juga dinyatakan secara tekstual dalam sabda Nabi Muhammad SAW, “Berpuasalah (dan berhari raya) karena melihat hilal. Jika tidak terlihat, maka genapkanlah.”

Baca : Memahami Perbedaan Awal Ramadan 1443 Hijriah

Atas landasan tersebut, maka rukyatul hilal atau observasi hilal dipahami sebagai ibadah yang umumnya digunakan untuk menentukan ibadah puasa dan hari raya saja. Tetapi ada sebagian golongan yang berpedoman hilal ini digunakan untuk seluruh awal bulan kalender hijriah.

Secara saintfiik, aktivitas melihat hilal sudah bermula sejak 26 abad silam, tepatnya ketika masa Babilonia Baru di Mesopotamia.

Dalam sejarah peradaban manusia, cukup banyak kalender yang berbasiskan pada hilal. Perubahan fase atau wajah bulan di langit menjadi patokan menentukan awal bulan.

Selain itu, aktivitas melihat hilal juga dilakukan oleh peradaban China dan kelompok Nasrani sebelum ditetapkannya kalender matahari oleh Julius Caesar. Aktivitas serupa juga dilakukan peradaban Yahudi, Aztec, Inca, Indian, dan Aborigin di Australia.

Baca : Mengenal Hisab dan Rukyat, Dua Metode Penentu Awal Ramadan

Tetapi, metode mengobservasi hilal secara modern baru dilakukan kurang dari empat dasawarsa terakhir. Ada dua cara dalam melihat hilal, yakni dengan mata telanjang, memanfaatkan alat bantu, atau dengan menggunakan astronomi.

Melihat hilal menggunakan mata telanjang sangat sulit dilakukan sebab bias cahaya matahari atau terlalu gelap ketika cuaca sedang mendung.

Apabila menggunakan alat bantu teleskop, biasanya satu atau beberapa orang berkumpul di beberapa titik untuk menyaksikan kemunculan hilal.

Sementara menggunakan astronomi pada kenyataannya lebih akurat dan meyakinkan daripada penampakan bulan sebab astronomi lebih konklusif dan definitif.

Tetapi selain di Indonesia, penetapan awal Ramadhan dengan melihat kemunculan hilal juga dilakukan oleh sejumlah negara di Timur Tengah. Diantaranya ada Lebanon, Maroko, Suriah, serta Arab Saudi.*

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *