Koropak.co.id – Sebelum Indonesia Merdeka, Aceh telah memainkan peran penting dalam sejarah perminyakan di Indonesia dengan menjalankan perdagangan minyak bumi hingga ke luar negeri.
Pada tanggal 15 Juni 1885, A.J. Zijker mencatat pencapaian penting dengan berhasil menggali sumur minyak pertama di Telaga Tunggal I atau Telaga Said, yang terletak sekitar 12,5 kilometer dari Pangkalan Brandan, Langkat, Sumatera Utara.
Sumur minyak ini menjadi titik awal dari sejarah perminyakan di Indonesia, di mana pengelolaannya diambil alih oleh NV Koninklijke Nederlandsch Petroleum Mij.
Perkembangan selanjutnya melibatkan pembentukan perusahaan patungan antara NV Koninklijke Nederlandsch Petroleum Mij dan Shell, yang kemudian membentuk Bataafsche Petroleum Mij (BPM).
Pada tahun 1892, kilang penyulingan minyak berkapasitas 2,4 ribu barrel per hari dibangun di Pangkalan Brandan, menandai langkah awal dalam industrialisasi sektor minyak bumi di Indonesia.
Baca: Sejarah Minyak Bumi di Indonesia; Pertama Kalinya Ditemukan di Telaga Said
Kemudian pada tahun 1900, Holland Perlak Mij, NV Petroleum Mij Zaid Perlak, memulai eksplorasi minyak bumi di Rantau Panjang, Landsehap Perlak, Aceh Timur.
Hasil temuan minyak ini dialirkan melalui pipa sepanjang 130 kilometer ke kilang BPM di Pangkalan Brandan untuk proses penyulingan, dan kemudian diekspor melalui pelabuhan Pangkalan Susu ke luar negeri.
Produksi komersial minyak di Aceh dimulai pada bulan Agustus 1901, dengan Rantau Panjang sebagai salah satu ladang utama. Produksi minyak dari daerah ini terus meningkat, mencapai 240.250 liter pada tahun 1901 dan meningkat menjadi 68.807 ton pada tahun 1909.
Dampak positif dari produksi minyak yang meningkat ini mendorong perusahaan lain untuk mengeksplorasi ladang minyak di Aceh, yang tidak hanya terbatas pada Landsehap Perlak tetapi juga meluas ke daerah-daerah seperti Idi, Langsa, dan Tamiang, menciptakan era baru dalam sejarah ekonomi dan industri Aceh.
Baca juga: Harga Melonjak Tinggi, Ini Dia Sejarah Minyak Bumi