Jadi Hidangan Khas Lebaran, Opor Ayam Hasil Akulturasi Budaya Arab-India

Posted on

Koropak.co.id – Opor ayam menjadi salah satu menu yang identik dan selalu disajikan saat Hari Raya Idulfitri. Bahkan, tak sedikit juga masyarakat yang menjadikan makanan khas Nusantara ini sebagai hidangan khas Idulfitri. 

Meskipun biasanya opor ini dibarengi dengan ayam, akan tetapi sebenarnya masih ada menu pelengkap lainnya seperti telur rebus, kentang, ketupat, dan nasi hangat yang membuat opor ini semakin spesial. 

Lalu, bagaimana dengan sejarah dari kuliner opor ayam ini?

Dilansir dari laman kompas.com, Sejarawan kuliner, Fadly Rahman mengatakan bahwa menu opor ayam yang masuk ke Indonesia itu juga dipengaruhi oleh akulturasi dua budaya asing yakni dari Arab dan India.

Kendati demikian, di Indonesia opor ayam ini lebih dikenal dibandingkan menu pelengkap opor lainnya. Alasannya dikarenakan pada awalnya opor yang dikenal di Jawa, menggunakan bebek dan daging sapi. Sementara untuk bumbunya, menggunakan kunyit yang bertujuan untuk menyerap bau amis dari bebek atau sapi itu.

Namun dalam perkembangannya, daging ayam pun diolah menjadi opor dan bumbu yang digunakan juga tidak harus kunyit dengan kuahnya yang bisa memakai santan. Pasalnya penambahan kunyit ini, bertujuan untuk memberi warna. Sehingga membuat kuliner yang satu ini mampu memberikan selera makan menjadi lebih tinggi.

Dalam perjalanan sejarahnya, orang Indonesia pun memodifikasi masakan India dan Arab itu hingga menghasilkan menu tradisi lebaran berupa opor ayam yang katanya di India juga memiliki menu khas serupa bernama kari.

Baca: Tujuh Likur, Tradisi Sambut Malam Lailatul Qadar Ala Masyarakat Lingga

Sementara di Arab memiliki menu khas yang dikenal dengan gulai. Kemudian, Indonesia dengan kreatifnya melakukan modifikasi atau akulturasi budaya antara India dan Arab hingga melahirkan kuliner opor. Di sisi lain, menu gulai dan kari juga masuk ke Indonesia dengan pertama kalinya singgah di kawasan mayoritas Islam.

Diketahui juga bahwa Islam merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh orang Arab dan India. Di Indonesia, mereka singgah di kawasan-kawasan pesisir, seperti Sumatra, Selat Malaka, hingga Jawa.

Cerita itulah yang ternyata memunculkan ide dari opor yang bisa didapati di wilayah dengan berakar budaya Melayu dan Jawa. Sementara itu, kurang lengkap rasanya jika opor ayam ini tidak disantap bersama dengan lontong atau ketupat yang terbuat dari beras. 

Adapun sejarah dari bentuk lontong yang bulat dan lonjong. Usut punya usut ternyata bentuknya berasal dari Cina dan diadaptasi dari tradisi Cap Go Meh. Selanjutnya saat lontong dipotong-potong untuk dicampur dengan opor ayam, maka bentuknya pun akan menjadi bulat-bulat seperti bulan. 

Maka dari itulah, lontong menjadi simbol kekaguman masyarakat Cina pada bulan purnama yang bundar dan indah. Selain itu, untuk menu pelengkap ketupat sendiri diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15. 

Istilah kata “ketupat” dengan bahasa Jawa ngaku lepat diartikan sebagai mengakui kesalahan. Filosofinya, jika seseorang yang memakan ketupat pada saat lebaran tiba, pastinya akan beriringan dengan laku permintaan maafnya.

Perwujudan filosofi ketupat ini juga dilakukan dengan tradisi sungkeman dan bersimpuh di hadapan orang tua. Kedua praktik tersebut merupakan implementasi dari makna ngaku lepat dari kesalahan-kesalahan di masa lalu.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *