Masyarakat Suku Batak yang mendiami Provinsi Sumatra Utara diketahui mengembangkan sendiri pengetahuan tentang asal mula tanah yang mereka diami secara turun-temurun. Salah satunya tergambar dalam kisah Sianjur Mulamula yang memudahkan kompleksitas geologi Toba.
Dilansir dari Kompas, dalam tradisi lisan tersebut, ada tarombo atau silsilah yang diwariskan dari generasi ke generasi, permukiman pertama atau desa terorganisasi yang didirikan di lembah Sianjur Mulamula, kaki Gunung Pusuk Buhit, hingga pantai barat daya Danau Toba.
Selain itu, lembah tersebut juga begitu subur dan cocok untuk menanam padi. Sedangkan untuk jaraknya dengan danau yang hanya 4,5 kilometer, menjadi jaminan pasokan ikan. Oleh karena alasan itulah, yang mendorong para leluhur orang Batak untuk membangun peradaban.
Menurut kepercayaan masyarakat Batak, Sianjur Mulamula di lereng Pusuk Buhit itu merupakan tempat pertama diturunkannya orang Batak. Dipercaya bahwa ada seorang putri jelita yang berasal dari kayangan bernama Deakparujar yang melarikan diri ke dunia tengah karena tidak ingin dijodohkan dengan Raja Odopodap yang buruk rupa.
Akan tetapi pada masa itu, dunia bawah masih berupa lautan. Sehingga, putri tersebut turun dari dunia atas menggunakan benang yang dipintalnya. Deakparujar pun memohon agar segumpal tanah dari Ompu Mulajadi Na Bolon atau Sang Pencipta sebagai tempat berpijak dan tak disangka permintaan itu dikabulkan.
Setelah itu, ia pun kemudian menyusun tanah tersebut menjadi pulau yang terhampar di atas lautan. Kampung mula-mula inilah yang selanjutnya disebut dengan Sianjar Mulamula. Akan tetapi Raja Odopodap juga menyusul ke bumi dan pada akhirnya menikahi Deakparujar.
Selain menjadi tempat asal mula manusia Batak. Pusuk Buhit juga ternyata memiliki posisi penting dalam hubungan antara dunia atas dan Bumi. Jelasnya, tempat ini menjadi semacam jembatan yang menghubungan dua dunia. Melalui Pusuk Buhit, Ompu Mulajadi Na Bolon dan segenap penghuni kahyangan turun mengunjungi keluarga Deakparujar.
Di sisi lain, masyarakat Batak juga sudah sangat akrab dengan gempa yang katanya tak berhenti, dan akan terus terjadi. Pasalnya, Danau Toba juga memang merupakan kawasan tektonik hiperaktif karena posisinya berada di zona tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Akibatnya, gempa pun sering terjadi disana hingga membuat masyarakat sudah biasa merasakannya.
Pusuk Buhit ini tentunya merupakan jejak nyata tentang aktivitas vulkanik Gunung Toba yang masih terlihat sampai dengan saat ini. Jika menengok sejarah ke belakang, Pusuk Buhit dahulunya merupakan kubah lava yang kini mengalami alterasi hidrotermal atau pelapukan akibat air panas.
Dikarenakan diperam selama ribuan tahun oleh air panas dan belerang, bebatuan lava yang keras itu pun pada akhirnya lumer menjadi pasir dan lempung. Mineral kaca dan gelas juga berubah menjadi butiran halus kaolin selembut tepung.
Diperkirakan, aktivitas magmatis Pusuk Buhit ini terjadi hingga 2.000 tahun lalu. Sementara itu, untuk proses pelapukannya sendiri terjadi hingga kini. Meskipun dalam beberapa tahun terakhirnya mengalami penurunan yang dibuktikan dengan suhu di sumber air panas yang terus menurun dan hanya 40 derajat celcius.