Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar, Penyerahan Kedaulatan dari Belanda ke Indonesia

Posted on

Tanggal 27 Desember 1949 silam, menjadi peristiwa bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Pasalnya pada tanggal itu, merupakan hari dimana ditandatanganinya soevereiniteitsoverdracht atau penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Seperti yang diketahui bahwa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam mencapai kemerdekaannya. Meskipun kata “Merdeka” akhirnya berhasil didapatkan melalui proklamasi yang dibacakan Presiden Soekarno Pada 17 Agustus 1945, namun sejarah perjuangan kemerdekaan tak berhenti sampai disana saja.

Sebab, pihak Belanda yang disebutkan telah menguasai wilayah Indonesia sejak abad ke-16, tidak ingin mengakui kemerdekaan yang didapatkan oleh bangsa Indonesia kala itu. Bahkan pihak Belanda juga tidak rela jika wilayah koloninya lepas begitu saja.

Alih-alih memberikan ucapan selamat, pihak Belanda justru mengirimkan 120 ribu pasukannya menuju bumi Nusantara untuk melancarkan agresi militernya. Akibatnya, perang pun kembali pecah hingga mengakibatkan lebih dari 300 ribu orang Indonesia dan 6.000 orang di pihak Belanda gugur dalam perang tersebut.

Tercatat, pihak Belanda melancarkan agresi militernya sebanyak dua kali, atau yang sampai saat ini dikenal sebagai peristiwa Agresi Militer I dan Agresi Militer II. Tujuan dari agresi militer yang dilakukan pihak Belanda pun sudah jelas, yaitu ingin kembali menjadikan Indonesia sebagai sapi perah bangsa Belanda.

Tak hanya melibatkan bedil atau senapan dan bambu runcing, pertempuran kala itu juga turut melibatkan perang urat saraf di atas meja perundingan. Selain itu, berbagai upaya juga dilakukan Indonesia untuk mendapatkan kedaulatan dari Belanda.

Mulai dari Perjanjian Linggarjati, Renville, hingga Roem-van Roijen. Sampai pada akhirnya berbagai perundingan yang dilakukan kala itu berujung pada penyerahan kedaulatan dari Negeri Belanda kepada Republik Indonesia tepat pada 27 Desember 1949-an.

Pihak Belanda pun akhirnya menutup lembaran terakhir dari kisah penjajahannya di tanah Nusantara yang telah berlangsung selama lebih dari 300 tahun. Diketahui, penyerahan kedaulatan dari pihak Belanda ke Indonesia saat itu juga digelar sebanyak tiga kali.

Pertama, di gelar di Amsterdam atau tepatnya di Istana Op de Dam. Saat itu, Wakil Presiden RI sekaligus Perdana Menteri, Mohamad Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). Penyerahan kedaulatan juga dilakukan di Istana Negara, Jakarta.

Penyerahan kedaulatan di Jakarta saat itu dilakukan antara wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia, Tony Lovink, dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang bertindak sebagai perwakilan perdana menteri.

Penyerahan kedaulatan itu juga bukan berarti membuat Belanda mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia jatuh pada 17 Agustus 1945. Sebab, pihak Belanda justru mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949 atau hari dimana soevereiniteitsoverdracht atau penyerahan kedaulatan ditandatangani.

Di sisi lain, cukup lama juga bagi Belanda untuk bisa mengakui tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Indonesia. Setelah berjalan 60 tahun kemudian atau tepatnya pada 16 Agustus 2005, pihak Belanda baru bisa mengakui 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan kemerdekaan Indonesia tersebut saat itu disampaikan oleh Bernard Rudolf Bot. Bot, menteri dari Kerajaan Belanda yang datang ke Jakarta untuk menghadiri peringatan 60 tahun kemerdekaan Indonesia di Istana Negara pada 16 Agustus 2005.

Hal itu tentunya juga menjadi kali pertamanya dalam sejarah, utusan resmi dari Kerajaan Belanda hadir dalam perayaan proklamasi dan hari kemerdekaan Indonesia.

Dengan ditemani Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia saat itu, Hassan Wirajuda, Bot pun menyampaikan pidato resminya di Gedung Departemen Luar Negeri (Kementerian Luar Negeri), sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Keesokan harinya, pada 17 Agustus 2005, Bot juga kembali menyampaikan pidatonya pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara, Jakarta.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *