Koropak.co.id – Jembatan Suramadu, jembatan terpanjang di Indonesia, menghubungkan Surabaya di Pulau Jawa dengan Bangkalan di Pulau Madura. Memasuki usia 21 tahun sejak dibangun dan 15 tahun sejak diresmikan pada 10 Juni 2009, jembatan ini telah menjadi ikon penting bagi infrastruktur nasional.
Pakar Konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr. Ir. Mudji Irmawan, baru-baru ini memperingatkan mengenai potensi kerusakan pada Jembatan Suramadu. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pembangunan jembatan ini memakan biaya lebih dari Rp 4,5 triliun.
Jembatan Suramadu membentang sepanjang 5.438 meter, dengan tinggi 146 meter dan lebar 30 meter, terdiri dari tiga bagian utama: jalan layang, jembatan penghubung, dan jembatan utama.
Dengan struktur yang didukung oleh 121 pilar dan menara kembar setinggi 140 meter, jembatan ini dirancang untuk bertahan hingga 100 tahun. Selama konstruksinya, sekitar 28 ribu ton baja dan 600 ribu ton campuran baja digunakan.
Baca: Sejarah 20 Tahun Lalu, Kala Megawati Mulai Membangun Jembatan Suramadu
Gagasan untuk Jembatan Suramadu pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr. Sedyatmo pada 1960-an dan kemudian diresmikan melalui Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1990 oleh Presiden Soeharto.
Setelah berbagai kendala, termasuk kekurangan dana, proyek ini akhirnya selesai dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebagai jembatan pertama yang melintasi Selat Madura, Suramadu secara signifikan mempersingkat waktu tempuh dari Surabaya ke Madura dari 30-60 menit menjadi kurang dari 10 menit. Keberadaan jembatan ini telah mempercepat pembangunan dan mendukung perekonomian di Jawa Timur.
Di usianya yang ke-21, Jembatan Suramadu tetap menjadi lambang kemajuan infrastruktur Indonesia dan simbol konektivitas antar pulau yang mempererat hubungan ekonomi dan sosial di kawasan tersebut.
Baca juga: Jembatan Suramadu: Simbol Konektivitas Jawa-Madura
