Koropak.co.id – Setiap tanggal 12 Desember, Indonesia merayakan Hari Bhakti Transmigrasi yang kini telah mencapai peringatan ke-73 sejak tahun 1950. Transmigrasi, sebuah konsep perpindahan penduduk dari daerah padat ke daerah yang jarang penduduknya, menjadi fokus perayaan ini.
Tujuan Hari Bhakti Transmigrasi adalah meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat di sekitarnya. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat pembangunan, khususnya di daerah terisolasi atau tertinggal.
Adapun tema Hari Bhakti Transmigrasi 2023, “Transmigrasi Satukan Negeri,” mencerminkan semangat untuk menyatukan Indonesia melalui program transmigrasi.
Sejarah transmigrasi mencuat pertama kali pada 1927 oleh Bung Karno dan semakin mendapatkan perhatian di konferensi ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta pada 1946 oleh Wakil Presiden Bung Hatta. Hari Bhakti Transmigrasi dimulai pada 12 Desember 1950, mengirimkan 2 Kepala Keluarga ke Lubuk Linggau dan 23 Kepala Keluarga ke Lampung.
Baca: Sejarah Hari Bakti Transmigrasi, Gagasan Dua Bung Besar
Namun, sejarah tragis juga melingkupi Hari Bhakti Transmigrasi. Pada 11 Maret 1974, 67 pionir transmigran asal Boyolali meninggal dalam kecelakaan saat perjalanan ke Sumatra Selatan. Tragedi ini menginspirasi pembangunan Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi di Indramayu.
Tujuan awal program transmigrasi adalah mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk di Jawa serta memberikan kesempatan kerja di pulau-pulau lain. Meskipun mendapat kritik terkait dampaknya terhadap populasi lokal, program ini terus berubah sesuai dengan paradigma baru.
Saat ini, transmigrasi mendukung ketahanan pangan, energi alternatif, pemerataan investasi, ketahanan nasional di pulau terluar, dan wilayah perbatasan.
Dengan proporsi 50:50 antara Transmigran Penduduk Setempat (TPS) dan Transmigran Penduduk Asal (TPA), program ini menjadi wujud upaya pembangunan wilayah yang lebih inklusif.
Baca juga: Sejarah Hari Bakti Pekerjaan Umum yang Dilatarbelakangi Pertempuran di Gedung Sate Bandung