Passerweg Hingga Kediristraat Dibangun Mengikuti Nama Tujuannya

Posted on

 

Koropak.co.id – Dalam bahasa Belanda, nama jalan sering kali mengikuti tujuan kemana jalan tersebut akan menuju. Contohnya seperti Passerweg (Jalan Pasar) yang berarti jalan itu akan menuju ke pasar.

Olivier Johannes Raap dalam bukunya ‘Kota Di Djawa Tempo Doeloe’ menuliskan, di jalan raya (sekarang menjadi Jalan Sultan Agung) sekitar 400 meter sebelah barat Alun-Alun Jember, terdapat sebuah pertigaan dekat Jembatan Jompo dikenal dengan Jalan Pasar yang berbelok dari jalan raya ke arah kiri.

“Jalan Pasar itu sendiri menuju ke Pasar Tanjung yang letaknya sekitar 300 meter dari pertigaan. Pada awal abad ke-20, Jalan Pasar merupakan pusat keramaian Jember yang disebut juga sebagai wilayah kota,” tulisnya.

Olivier menambahkan, seperti biasanya, disana terdapat sektor pertokoan di sekitar Pasar Jember yang dikuasai oleh Kaum Tionghoa. Seiring berjalannya waktu, Jalan Pasar itu pun kini berganti nama menjadi Jalan Samanhudi.

“Sementara itu se-abad yang lalu, pariwisata sudah menjadi sektor ekonomi yang penting di Garut. Terletak di tengah pegunungan indah, membuat Garut pada masa itu selalu diiklankan sebagai Swiss-nya Jawa,” tambahnya.

Di kota kecil yang mudah diakses melalui kereta api itu , terdapat berbagai hotel seperti Hotel Papandayan yang dikelola oleh penerbit kartu pos, A. Hack. Bahkan, untuk melayani wisatawan asing, kartu pos terbitannya juga diberikan keterangan dalam bahasa Jerman dan Inggris.

Dalam kartu pos terbitannya itu, menggambarkan Stationsstrabe atau Station Road (Jalan Stasiun) yang merupakan jalan menuju ke stasiun. Menariknya lagi dalam judul kartu posnya saat itu, diberi keterangan mengenai jenis pohon yang tumbuh di sepanjang Jalan Stasiun yaitu pohon badam atau yang disebut juga almond.

Seiring perkembangan zaman, kini semua pohon yang ada di Jalan Stasiun sudah menjadi korban pelebaran jalan dan Jalan Stasiun juga berganti nama menjadi Jalan Veteran.

 

 

Baca : Dari Hoofdweg Hingga Groote Postweg Zaman Kolonial

Di sepanjang Groote Straat (Jalan Raya) di Solo kala itu banyak pohon rindang berjajar di sepanjang jalan lebar itu. Akan tetapi, jalan yang sekarang berganti nama menjadi Jalan Slamet Riyadi dan menjadi arteri Kota Solo ini lebih dikenal dengan nama Poerwosariweg (Jalan Purwosari) pada zaman kolonial.

Tercatat, pada pergantian abad ke-19, Poerwosariweg menjadi lokasi favorit bagi orang kaya dari kalangan Eropa, Tionghoa maupun elite pribumi yang membangun rumah indah dan mewah dengan dikelilingi halaman luas pada lingkungan disana yang cukup representatif.

Disana atau tepatnya disebelah kanan jalan dibangun jalur rel kereta api pada tahun 1920 untuk menghubungkan Stasiun Purwosari dengan Stasiun Solo Kota di Kawasan Sangkrah.

Lain di Purwosari, di Kediri terdapat sebuah jalan yang dikenal dengan nama Kediristraat (Jalan Kediri) yang mengikuti nama tujuannya. Kini, Kediristraat itu berganti nama menjadi Jalan Mojopahit dan merupakan jalan utama penghubung dari Mojokerto ke Kediri.

Jalan tersebut dibagi menjadi dua sisi, yakni sisi utara dan selatan yang dipisahkan pembagiannya oleh perlintasan rel kereta api. Kemudian di bagian utara jalan, merupakan pusat perniagaan utama Kota Mojokerto.

Kemudian di sebelah kiri ada kompleks Pasar Kliwon yang kini bergeser masuk ke dalam. Sedangkan untuk bagian di sepanjang jalan dahulu atau tepatnya pada tahun 1960 dan 1970-an, digunakan sebegai terminal bus. Namun kini sudah berubah menjadi deretan ruko-ruko.*

 

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *