museum kereta api indonesia

Perjalanan Waktu di Museum Kereta Api Indonesia

Posted on

Sebuah tempat yang membawa kita kembali dalam sejarah yang kaya. Itu adalah Museum Kereta Api Indonesia, sebuah tempat yang dulunya dikenal dengan nama Stasiun Willem I.

Berawal pada 21 Mei 1873, Stasiun Willem I diresmikan bersamaan dengan pembukaan lintas Kedungjati-Ambarawa.

Dilansir dari situs resmi KAI, bangunan ini merupakan sebuah saksi bisu dari masa lalu, dibangun oleh Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Saat itu, Ambarawa memiliki peran penting sebagai kota militer yang mendukung garnizun Magelang dalam mengendalikan daerah pedalaman.

Sejarah Ambarawa juga diberkati dengan kehadiran sebuah benteng besar yang berhasil diselesaikan pada tahun 1848. Benteng tersebut, yang merupakan yang terbesar di Jawa, diberi nama Willem I, menghormati Raja Willem I yang memerintah pada masa itu.

Pada tahun 1873, jaringan kereta api dibangun di Ambarawa oleh perusahaan kereta api swasta NISM. Ini menjadi syarat untuk mendapatkan izin konsesi pembangunan jalur kereta api pertama, Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta).

NISM diwajibkan membangun jalur kereta api cabang lintas Kedungjati-Ambarawa sepanjang 37 km untuk keperluan militer.

Stasiun Willem I, yang kemudian dikenal sebagai Stasiun Ambarawa, menjadi tempat pemberhentian akhir. Dugaan kuat adalah bahwa penamaan “Willem I” merujuk pada Benteng Willem I yang berada dekat stasiun.

Kemudian pada1 Februari 1905, pembangunan jalur kereta api dilanjutkan ke Secang-Magelang, dengan jalur kereta khusus bergerigi. Dua tahun kemudian, bangunan Stasiun Ambarawa direnovasi, menggantikan material kayu dan bambu dengan batu bata.

Stasiun Willem I awalnya digunakan sebagai sarana untuk mengangkut komoditas ekspor dan transportasi militer di sekitar Jawa Tengah. Namun, pada tahun 1976, stasiun ini dinonaktifkan. Kemudian, Gubernur Jawa Tengah saat itu, Supardjo Rustam, mengumumkan transformasi Stasiun Ambarawa menjadi Museum Kereta Api. 

Rencana ini bertujuan untuk menyelamatkan warisan berharga dalam bentuk lokomotif uap dan menjadikannya salah satu objek wisata unggulan di Jawa Tengah.

Pilihan Ambarawa tidak hanya didasarkan pada latar belakang historisnya yang kuat, seperti Pertempuran Ambarawa, tetapi juga karena stasiun ini masih memelihara teknologi kuno yang dapat dioperasikan.

Saat ini, Museum Ambarawa atau Indonesian Railway Museum (IRM) menjadi rumah bagi berbagai koleksi perkeretaapian dari masa Hindia Belanda hingga masa pra-kemerdekaan Republik Indonesia.

Koleksi ini mencakup sarana perkeretaapian, prasarana, dan perlengkapan administrasi. Museum ini memiliki beberapa lokomotif uap, lokomotif diesel, kereta, dan gerbong dari berbagai daerah.

Pengunjung tidak hanya dapat menjelajahi koleksi ini, tetapi juga menikmati perjalanan wisata dengan menaiki Kereta Api Wisata Ambarawa-Tuntang (PP), yang ditarik oleh lokomotif uap atau kereta diesel klasik.

Selain itu, terdapat rute Kereta Api Wisata Ambarawa-Jambu-Bedono (PP) yang menggunakan lokomotif uap bergigi yang melewati rel bergerigi. Uniknya, rel bergerigi ini adalah yang satu-satunya yang masih aktif di Indonesia.

Museum ini bukan hanya tempat wisata sejarah yang menarik, tetapi juga dapat disewa untuk berbagai acara seperti pameran, pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan, festival, bazar, pentas seni, workshop, dan banyak lagi.

Museum Kereta Api Indonesia adalah tempat di mana sejarah hidup, dan melalui setiap lokomotif yang berdentum dan rel yang berderit, kita dapat merasakan getaran masa lalu yang tetap hidup dalam keindahan teknologi kereta api.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *