Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa; Cikal Bakal Lahirnya Hari Juang Kartika

Posted on

Tahukah kamu kalau pertempuran Ambarawa menjadi cikal bakal diperingatinya Hari Juang Kartika TNI-AD yang diperingati setiap tanggal 15 Desember? Jika belum, mari bersama-sama kita kupas tentang perjuangan heroik para pahlawan ketika itu.

Peringatan Hari Juang Kartika TNI Angkatan Darat ini juga merupakan hari khusus bagi Korps Infanteri TN-AD sebagai upaya dalam mengenang Pertempuran Ambarawa yang terjadi pada 1945 silam. Diketahui sebelumnya, Hari Juang Kartika TNI Angkatan Darat ini bernama Hari Infanteri.

Berdasarkan data dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), infanteri merupakan angkatan bersenjata yang termasuk dalam kesatuan pasukan berjalan kaki. Infanteri ini menjadi bagian dari pasukan tempur angkatan darat militer Indonesia atau TNI-AD.

Lantas, bagaimana sejarah awal diperingatinya Hari Juang Kartika yang erat kaitannya dengan Pertempuran Ambarawa yang terjadi pada 77 tahun silam?

Dilansir dari situs Kemdikbud, peringatan Hari Juang Kartika berawal dari peristiwa bersejarah yakni Pertempuran Ambarawa yang mencuat pada 20 Oktober 1945. Pertempuran itu pun pada akhirnya berhasil dimenangkan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 15 Desember 1945.

Sejarah Pertempuran Ambarawa sendiri dimulai ketika pasukan sekutu di bawah pimpinan Brigjen Bethel mendarat di Semarang pada 20 Oktober 1945. Pasukan sekutu yang sedang menuju Magelang dan Ambarawa pun membuat kerusuhan hingga membuat masyarakat marah hingga melakukan pemboikotan dan menyerang pasukan sekutu.

Untuk mengatasi bentrok yang terjadi antara masyarakat dengan pasukan sekutu, pada 2 November 1945, Presiden Soekarno dan Brigjen Bethel pun melakukan perundingan gencatan senjata.

Namun sayangnya, pihak sekutu justru mengabaikan perjanjian itu hingga meletuslah pertempuran 20 November 1945 yang kemudian menjalar ke dalam kota pada 22 November 1945. Saat itu, bala tentara sekutu juga melakukan pemboman ke pedalaman Ambarawa untuk mengancam kedudukan TKR.

Akibatnya, pada 26 November 1945, terjadilah sebuah pertempuran yang menewaskan Kolonel Isdiman yang selanjutnya digantikan oleh Jenderal Soedirman yang kala itu masih berpangkat Kolonel. Di sisi lain, tewasnya Kolonel Isdiman juga turut mendorong rakyat dan TKR gencar melakukan serangan balik.

Sehingga, pada 11 November 1945, dengan di bawah pimpinan Jenderal Soedirman, serangan pembebasan Ambarawa pun dilakukan selama empat hari empat malam dengan melancarkan serangan dengan penuh semangat dan pantang mundur. Tercatat, mulai dari 12 s.d 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut lawan.

Meskipun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi yang dimiliki sekutu, sedikitpun tak pernah membuat gentar para pejuang. Bahkan mereka dengan gigihnya melancarkan serangan seraya melakukan pengepungan ketat di semua penjuru Kota Ambarawa.

Dengan semboyan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad yang bulat dalam membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan Ibu Pertiwi.

Seiring dengan letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa tepat pukul 4.30 WIB pada tanggal 12 Desember 1945, Para pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan.

Dengan menggunakan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor, membuat Ambarawa seketika penuh suara riuh dengan desingan peluru, dentuman meriam, ledakan granat yang diikuti juga dengan serangan balasan musuh yang kalang kabut.

Pada akhirnya, sekitar pukul 16.00 WIB, Jalan Raya Ambarawa-Semarang berhasil kembali dikuasai TKR dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa pun berjalan dengan sempurna. Pada 14 Desember 1945, pihak musuh mulai mundur dikarenakan persediaan logistik maupun amunisinya yang sudah jauh berkurang.

Sambil melancarkan aksi membumi hanguskan Ambarawa, pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB pasukan sekutu pun sepenuhnya mundur dan pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang dari TKR. Selain itu, benteng pertahanan sekutu yang tangguh juga berhasil direbut pasukan TKR.

Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945 dan keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman inilah yang kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa.

Selain itu, setiap tahunnya juga TNI-AD memperingati tanggal tersebut sebagai Hari Infanteri. Namun berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 163/1999, Hari Infanteri tersebut selanjutnya diganti dengan nama Hari Juang Kartika.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *