Koropak.co.id, Jakarta – Bulan Juli menjadi bulan yang bersejarah dan penuh makna bagi Akademi Angkatan Udara (AAU). Sebab pada tanggal 26 Juli atau tepatnya 58 tahun silam yakni pada 26 Juli 1965 menjadi Hari Jadi AAU.
Berdasarkan data yang dihimpun dari laman tni-au.mil.id, perjalanan sejarah AAU di Indonesia menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah.
Diceritakan pada akhir Desember 1945, Suryadi Suryadarma sebagai Formatur Angkatan Udara memanggil para mantan anggota Angkatan Perang bangsa Indonesia yang bekerja pada Belanda dan semua tenaga yang pernah bekerja di penerbangan Jepang.
Pemanggilan itu dilakukan guna merencanakan tugas pendidikan pembentukan personil Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Selanjutnya tugas itu pun kemudian diserahkan kepada Agustinus Adisutjipto yang telah memiliki ijazah terbang Groote Militaire Brevet (GMB).
Setahun kemudian atau tepatnya pada 1946-an, Bumi Maguwo Yogyakarta secara resmi berdiri sebagai Sekolah Penerbang pertama di Indonesia. Tugas tersebut dilaksanakan secara darurat dikarenakan pemerintah Indonesia selalu terancam oleh serangan pihak Belanda.
Akan tetapi berkat semangat juang dan keberanian yang dimiliki siswa-siswanya, hanya dalam waktu yang relatif singkat beberapa tenaga sudah mampu dijadikan sebagai pembantu instruktur. Sehingga tugas Agustinus Adisutjipto sebagai Komandan Pangkalan dan Kepala Sekolah pun kala itu dapat bergerak lebih leluasa untuk memajukan Sekolah Penerbangan.
Dalam perjalanannya, hanya dengan memanfaatkan pesawat-pesawat tua seperti Chureng dan Hayabusha, Sekolah Penerbang tersebut mampu meluluskan para penerbang tangguh yang dapat menggoreskan Tinta Emas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Mereka adalah Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Husein Sastranegara, Halim Perdanakusuma, Suharnoko Harbani, Iswahyudi, Soetardjo Sigit, dan Moeljono.
Baca: 16 Desember, Sejarah Hari Akademi TNI
Sementara itu, dilansir dari laman aau.ac.id, dalam perjalanannya AAU selalu berupaya agar pelaksanaan pendidikannya selalu mengikuti perkembangan. Salah satunya dengan menerapkan pola pendidikan 3-1 yang mulai diberlakukan pada 1986-an.
Pola tersebut merupakan pola pendidikan yang tersusun dalam program 3 tahun pendidikan di AAU dan satu tahun dasar kecabangan di kesatuan kesatuan TNI AU. Dalam perkembangannya di tahun yang sama, AAU juga mulai menerapkan SKS sesuai kebutuhan yang selanjutnya ditetapkan tiga prodi penyelenggaran pendidikan, yaitu Aeronautika, Elektronika, dan Administrasi.
Pada 1992-an, Program Studi Administrasi pun disesuaikan menjadi Program Studi Teknik Industri. Kemudian pada 1999-an program studi tersebut mengalami perubahan menjadi Program Studi Teknik Manajemen Industri.
Sebagai upaya dalam peningkatan kualitas hasil didik, sekaligus guna memenuhi kebutuhan pengawakan organisasi angkatan udara, tidak ketinggalan lembaga pendidikan AAU juga mengadakan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
Mulai dari Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Teknologi Adisucipto.
Dalam perkembangan terakhirnya, berdasarkan skep Panglima TNI, pendidikan AAU bersama TNI angkatan lainnya pun dikembalikan menjadi 4 tahun yaitu selama 12 bulan pendidikan awal secara integratif dengan taruna matra lainnya.
Seiring berjalannya waktu, pendidikan Mako Akademi TNI sebagai payung hukum Akademi Angkatan juga melakukan permohonan kepada Kementerian Pendidikan Nasional untuk memberikan gelar sarjana bagi lulusan Akademi TNI.
Sehingga berdasarkan keputusan Mendikbud nomor 188/E/O/2012 Tanggal 21 Mei 2012, sejak saat itulah seluruh lulusan AAU sudah memiliki gelar kesarjanaan yang pada 2013 penyebutannya menjadi sarjana terapan pertahanan dengan pangkat S.TR. (Han).