Sejarah Jembatan Merah

Posted on

 

Koropak.co.id – Siapa yang tak tahu Jembatan Merah? Jembatan yang masih terjaga ini menyimpan hikayat heroik ketika pertempuran 10 November 1945, di Surabaya.

Jembatan Merah membujur panjang di antara gedung-gedung yang sarat sejarah. Tak ayal apabila tengah menyusurinya, imaji kita ditarik kembali menapaki kisah di masa lalu, dimana ribuan arek-arek Suroboyo gugur dalam pertempuran tersebut.

Sekitar Jembatan Merah ialah daerah perniagaan yang berkembang sejak dimualinya Perjanjian Pakubuwono II dengan VOC, tanggal 11 November 1743. Perjanjian itu memuat bahwa sebagian daerah di pantai utara, termasuk Surabaya di dalamnya, diserahkan kepada VOC.

Sejak saat itu, Surabaya berada di bawah naungan kekuasaan Belanda. Pada saat itu, Jembatan Merah begitu vital. Jembatan ini merupakan sarana perhubungan untuk melewati Kalimas (pecahan Sungai Brantas) ke arah Gedung Keresidenan Surabaya.

Tercatat dalam sejarah, perjuangan Surabaya begitu identik dengan semboyan “Merdeka atau Mati” berikut kegigihan arek-areknya dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Ada satu peristiwa yang berkaitan antara jembatan ini dengan gedung Internatio, yang merupakan markas Pasukan Komandan Brigade ke-49 Inggris di Surabaya. Tanggal 30 Oktober 1945, di antara kedua tempat itu terjadi kontak tembak.

 

 

Baca : Jembatan Akar Santoaan Mahakarya Alam di Tasikmalaya

Kejadian itu dilatarbelakangi oleh kesalahpahaman yang mengakibatkan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby. Tembakan itu berasal dari pemuda Indonesia yang hingga kini tak diketahui identitasnya.

Kematiannya itu diperparah dengan terbakarnya mobil Mallaby oleh ledakan granat, sehingga Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby inilah yang mengakibatkan Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan ultimatum 10 November 1945.

Kontan peperangan pun tak dapat terhindari. Banyak korban berjatuhan. Pertumpahan darah pun jelas terjadi di jembatan itu.

Tetapi, bukan karena itu jembatan tersebut diberi nama Jembatan Merah, melainkan dari awal memang bernama demikian. Pemerhati sejarah Achmad Zaki Yamani menyebut bahwa jembatan tersebut pada mulanya bernama Roode Brug, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti Jembatan Merah.

Nama tersebut dipilih karena pagar di tepian jembatan dicat berwarna merah. Jembatan ini sempat direstorasi sekitar tahun 1890-an, mengingat jembatan ini kerap dilalui banyak kendaraan.*

 

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *