Oudheidkundige Dienst

Sejarah Oudheidkundige Dienst, Melindungi Warisan Purbakala Indonesia

Posted on

Hari Purbakala yang diperingati setiap tanggal 14 Juni memiliki akar dalam pembentukan sebuah lembaga penting pada masa pemerintahan Kolonial Belanda di Hindia Belanda, yaitu Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie pada tanggal 14 Juni 1913.

Institusi ini lahir sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan untuk mengelola dan melestarikan situs-situs purbakala yang tersebar di kepulauan Nusantara.

Sebelum pembentukan OD, upaya-upaya pertama dalam bidang kebudayaan di Hindia Belanda dimulai dengan pendirian Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 1878.

Pada tahun 1882, kegiatan purbakala diawasi oleh Commissie tot het Opsporen, Verzamelen en Bewaren van Oudheidkundige Voorwerpen yang berkembang pesat dalam penelitian, observasi, penggambaran, ekskavasi, pemeliharaan, dan perlindungan bangunan-bangunan kuno di Indonesia.

Tiga tahun kemudian atau tepatnya pada 1885, didirikan pula Archaeologische Vereeniging, sebuah lembaga swasta yang aktif hingga tahun 1901 sebelum akhirnya beralih ke tangan Commisise in Nederlandsch-Indie voor Oudheidkundige Onderzoek op Java en Madura.

Pimpinan Dr. J.L.A. Brandes memimpin badan ini hingga tahun 1913, ketika berubah nama menjadi Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie dengan kepemimpinan N.J. Krom.

Peran OD semakin terlihat penting saat F.D.K. Bosch memimpin dari tahun 1916 hingga 1936, mempromosikan arkeologi melalui Kongres Kebudayaan pada tahun 1919 dan mengeluarkan Monumenten Ordonantie Staatsblad 1931 No. 238 pada tahun 1931, memberikan landasan hukum yang kuat bagi perlindungan dan pengawasan terhadap peninggalan purbakala.

Saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, OD berganti nama menjadi Kantor Urusan Barang-Barang Purbakala. Setelah kemerdekaan, Belanda kembali mengambil alih hingga tahun 1951, ketika namanya berubah menjadi Dinas Purbakala di bawah kepemimpinan Prof. A.J. Bernet Kempers, dan kemudian dipegang oleh Putra Indonesia, Drs. R. Soekmono, pada tahun 1965.

Pada tahun 1975, lembaga ini mengalami restrukturisasi menjadi Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (Pus.P3N) serta Direktorat Sejarah dan Purbakala (DSP).

Perubahan berlanjut hingga akhirnya, pada tahun 2002, namanya kembali berganti menjadi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, menggantikan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, sesuai dengan SK Kepala Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.

Meskipun nama dan struktur organisasi berubah dari waktu ke waktu, tujuan utama lembaga ini tetap konsisten: menjaga, melindungi, dan memahami warisan budaya Indonesia melalui penelitian dan pelestarian benda-benda bersejarah.

Hari Purbakala pada tanggal 14 Juni menjadi momen penting untuk mengenang perjalanan panjang dan kontribusi signifikan institusi-institusi ini dalam melestarikan sejarah Indonesia yang kaya dan beragam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *