Koropak.co.id – Terletak di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu, selat ini menjadi arteri vital dalam jalur pelayaran internasional. Sejarah kuno menyaksikan peran pentingnya Selat Malaka, menyaksikan peradaban manusia di Nusantara tumbuh dan berkembang.
Dengan sekitar 400 pelabuhan dan 700 kapal yang bergantung padanya, Selat Malaka menjadi titik fokus perdagangan sejak zaman purba. Pedagang dari berbagai negara, termasuk Tamil dan India, telah lama menggunakan jalur ini untuk berdagang.
Namun, kejayaan perdagangan Sriwijaya di selat ini pun menyisakan tragedi, ketika konflik dengan Kerajaan Cola memuncak pada serangan yang melemahkan Sriwijaya.
Meski Sriwijaya runtuh, Selat Malaka tidak pernah kehilangan pesonanya sebagai jalur perdagangan. Pada masa Kerajaan Samudera Pasai, Selat Malaka semakin ramai, menjelma menjadi jalan sutera yang menghubungkan India, China Selatan, dan Asia Tenggara.
Baca: Selat Muria: Menguak Misteri Hilangnya Jalur Maritim Kuno
Peranan selat ini semakin dikenal luas, bahkan hingga ke Eropa, meskipun jalur tersebut belum secara langsung digunakan oleh bangsa-bangsa Eropa.
Nama “Selat Malaka” sendiri mengambil inspirasi dari pelabuhan dagang Melaka yang bersejarah, yang pernah menjadi pusat perdagangan penting pada abad ke-16 dan ke-17.
Secara geografis, selat ini menghubungkan tiga negara utama di Asia: Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Dengan panjang mencapai 805 km dan lebar 65 km, Selat Malaka menjadi pintu gerbang terpendek di kawasan Asia Pasifik, menyambungkan peradaban dari Timur Tengah, Afrika, hingga Eropa.
Melintasi Samudera Hindia dan Samudera Atlantik, Selat Malaka menjadi jalan utama bagi perdagangan dunia, mengukir sejarah panjang dan berwarna dalam hubungan antarbangsa.
Baca juga: Legenda Selat Sunda dan Gunung Krakatau, Konon Tercipta Karena Raja Marah