Sejarah Singkat Pembangunan Rumah Residen Hindia Belanda Warisan VOC

Posted on

 

Koropak.co.id – Pada tahun 1824 di Jalan Keresidenan (Residentielaan) atau yang kini menjadi Jalan Ahmad Yani Yogyakarta, dibangun rumah residen dengan ruang utamanya yang terbilang cukup mewah dan terletak di belakang beranda depan.

Di ujung ruangan di bawah tirai beledu, terdapat sebuah tahta yang digunakan untuk tempat duduk bagi Gubernur Jenderal. Namun saat ruangan digunakan oleh residen untuk acara resmi dan menerima tamu, tahta itu dibiarkan kosong.

Sementara itu, pada dinding di sekeliling ruangan dipasang lukiasan Ratu Belanda dan keluarganya beserta cermin besar. Kini, eks ruang tahta tersebut kini dikenal dengan Ruang Garuda dengan fungsi yang sama yakni sebagai ruangan resmi untuk menyambut tamu.

Demikian deskripsi yang dihimpun Koropak dari Buku Kota Di Djawa Tempoe Doeloe karya Olivier Johannes Raap. Disebutkan dalam buku itu tentang perkembangan sejarah pembangunan rumah residen dan istana gubernur jenderal.

“Magelang merupakan ibu kota keresidenan Kedu sekaligus menjadi ibu kota kabupaten Magelang sejak tahun 1811 atau tepatnya saat Hindia Belanda menaklukan wilayah Kedu dari Kesultanan Yogyakarta,” tulis Oliver.

Setelah itu, jelasnya, dibangunlah rumah dinas bupati yang berada di posisi barat laut alun-alun yang kini menjadi Balai Diklat Kepemimpinan.

Dijelaskan Oliver, sekitar 500 meter ke arah barat dari alun-alun tersebut dibangun rumah residen yang kini menjadi Museum Diponegoro.

Rumah residen yang dibangun di sisi barat tersebut bisa dikatakan luas. Dengan penempatan kursi-kursi rotan di beranda luas, pemandangan indah atas lembah Kali Bening dan Gunung Sumbing dapat terlihat ditempat itu.

“Pada tahun 1900-an, rumah residen mengalami renovasi dengan pilar betonnya diganti dengan pilar besi karena dianggap tampak lebih cantik dan juga modern.”

Sedangkan di Bogor, pada abad ke-17 VOC memiliki pangkalan tetap di Batavia dan mulai membuka hutan liar disekitarnya untuk perluasan wilayah.

 

 

Baca : Yang Menarik daru Sejarah Rumah Dinas Mewah Para Penguasa Daerah

Selain merancang perumahan, pertanian, industri dan pasar, para investor kala itu turut membangun sebuah kediaman atau rumah peristirahatan bernama Buitenzorg pada tahun 1744 ditengah hutan liar di kaki Gunung Salak oleh Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem Baron ban Imhoff.

“Pada tahun 1809, Istana Gubernur Jenderal yang dibangun diperluas oleh Gubernur Jenderal Herman Daendels. Bahkan pada tahun 1818, istana itu juga direnovasi Gubernur Jenderal van der Capellen.”

Sayangnya, istana gubernur jenderal tersebut harus hancur akibat gempa bumi pada tahun 1834. Akan tetapi pada 1850, sisa-sisanya direnovasi dengan gaya arsitektur neoklasik memakai barisan tiang tebak dan fronton segitiga.

Kini, istana yang berada di tengah Kota Bogor itu telah berganti nama menjadi Istana Bogor dan menjadi salah satu dari enam istana presiden Indonesia.

Sama halnya dengan Istana Bogor, rumah residen warisan VOC yang kini disebut Gedung Grahadi di Surabaya itu sejarahnya dibangun oleh tokoh VOC pada tahun 1796.

Pada periode 1809 hingga 1929, rumah tersebut digunakan sebagai rumah dinas residen Surabaya yang kemudian menjadi rumah dinas Gubernur Jawa Timur hingga saat ini.

Gaya arsitektur yang dipakai untuk bangunan tersebut meniru kediaman luar kota seperti di Belanda pada abad ke-18. Bangunan itu juga beberapa kali mengalami renovasi, salah satunya pada tahun 1809.

Selain itu, rumah residen yang menjadi warisan VOC diangun di Rembang sekitar tahun 1747. Bangunan tersebut didirikan didalam benteng VOC yang didirikan di tepi pantai.

Pada abad ke-19, tembok tersebut dibongkar dan halamannya pun dijadikan taman indah di sekeliling rumah residen. Rumah residen itu pada awalnya menyerupai rumah mewah Eropa dengan bentuk yang lebar dan simetris berlantai dua.

“Seiring berjalannya waktu, kini rumah residen itu sudah dibongkar dan diganti dengan Gedung DPRD,” jelas Oliver.*

 

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *