gudeg jogja

Sejarah Gudeg Jogja yang Asalnya Makanan Prajurit

Posted on

Gudeg bukan hanya makanan khas Yogyakarta yang menggoda selera, tapi juga simbol budaya, sejarah, dan bahkan strategi logistik masa lalu. Siapa sangka, makanan manis yang kini jadi favorit wisatawan ini dulu adalah bekal penting para prajurit?

Gudeg pertama kali dikenal sebagai makanan rakyat dan keraton di Yogyakarta sejak zaman Mataram Islam. Diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16, saat masyarakat Jawa mulai memanfaatkan buah nangka muda yang dimasak dengan santan dan gula merah.

Bahan dasar gudeg adalah nangka muda, dimasak bersama santan, gula merah, daun jati, dan berbagai rempah seperti bawang putih, ketumbar, serta lengkuas. Proses memasaknya yang lama membuat rasa gudeg menjadi kaya, manis, dan legit.

Santan dan gula merah tidak hanya memberi rasa, tapi juga bertindak sebagai bahan alami pengawet. Gula merah menghambat pertumbuhan mikroba, sedangkan santan yang dimasak hingga kental membuat makanan jadi lebih awet.

Gudeg Sebagai Makanan Prajurit Masa Lalu

Pada masa kerajaan, terutama saat perang atau perjalanan jauh, gudeg dijadikan bekal para prajurit. Karena tidak mudah basi, gudeg bisa disimpan berhari-hari bahkan di suhu ruang, asalkan dikemas dengan baik.

Dulu, gudeg dikemas dalam daun pisang atau tempurung kelapa. Bentuk ini memudahkan transportasi dan tidak menambah beban berat prajurit saat perjalanan.

Di lingkungan kraton, gudeg bukan hanya makanan, tapi juga simbol kelembutan, kesabaran, dan harmoni. Proses memasaknya yang lama dianggap sebagai bentuk meditasi dan ketekunan.

Meskipun kini, gudeg bisa dinikmati di mana-mana, dari warung tenda sampai restoran mewah. Meski zaman berubah, cita rasa dan maknanya tetap sama: manis, hangat, dan bikin kangen.

Wisata Gudeg: Tempat Paling Ikonik di Jogja

Seperti disebutkan diatas, Gudeg bukan sekadar makanan; ia adalah bagian dari warisan budaya Yogyakarta yang telah ada sejak berabad-abad lalu. Dengan rasa manis yang khas, tekstur yang lembut, dan aroma rempah yang menggugah selera, Gudeg menjadi pilihan yang sempurna untuk mengenal lebih dekat budaya lokal.

Berikut ini adalah beberapa tempat makan yang menyediakan gudeg jogja yang telah ada sudah sejak lama.

  • Gudeg Yu Djum: Gudeg legendaris yang cocok untuk oleh-oleh.
  • Gudeg Pawon: Masak langsung dari dapur tradisional, buka tengah malam.
  • Gudeg Wijilan: Kawasan pusat gudeg, dekat Keraton Yogyakarta.

Resep Tradisional Gudeg Kering

Bahan-bahan:

  • 1 kg nangka muda
  • 1 liter santan kental
  • 150 gr gula merah
  • 4 lembar daun jati (opsional)
  • 4 siung bawang putih
  • 6 siung bawang merah
  • 2 sdm ketumbar
  • Garam secukupnya

Cara membuat:

  1. Rebus nangka muda hingga empuk.
  2. Tumis bumbu halus (bawang, ketumbar).
  3. Masukkan semua bahan ke panci, tambahkan santan dan gula merah.
  4. Masak dengan api kecil selama 8 jam atau lebih hingga berwarna cokelat kemerahan dan kering.

Gudeg bukan sekadar makanan, tapi cerminan budaya Jawa yang penuh kesabaran, kelembutan, dan makna. Dari dapur kraton hingga bekal prajurit, dari warung kaki lima hingga restoran ternama, gudeg tetap jadi ikon Yogyakarta yang mengikat rasa dan sejarah dalam satu piring.

FAQ: Pertanyaan Seputar Gudeg Jogja dan Sejarahnya

1. Kenapa gudeg rasanya manis?
Karena dimasak dengan banyak gula merah, sesuai selera khas masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

2. Apa hubungan gudeg dengan kraton?
Gudeg dulunya makanan khas keraton yang penuh makna filosofis tentang kesabaran dan keharmonisan.

3. Apakah gudeg masih dijadikan bekal perang?
Tidak, tapi dulunya digunakan sebagai bekal prajurit karena daya tahan simpannya tinggi.

4. Apa perbedaan gudeg Jogja dan gudeg Solo?
Gudeg Jogja cenderung lebih manis dan kering, sedangkan gudeg Solo lebih gurih dan berkuah.

5. Apakah bisa membuat gudeg tanpa daun jati?
Bisa, tapi daun jati membantu memberi warna merah kecokelatan khas gudeg asli Jogja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *