William J Schroeder

William J. Schroeder, Pasien Penerima Jantung Buatan Pertama yang Keluar RS

Posted on

Hari ini, tepatnya 19 Februari 1985, William J. Schroeder menjadi pasien penerima ‘Jantung Buatan’ pertama yang dinyatakan berhasil dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit Humana Hospital-Audubon di Lousville Kentucky, Amerika Serikat.

Diketahui, William J. Schroeder sendiri dapat bertahan hidup dengan jantung buatannya selama 1 tahun, 8 bulan dan 12 hari atau dengan jumlah totalnya selama 620 hari. Hal itu pun tentunya lebih lama dibandingkan dengan 4 penerima jantung buatan lainnya.

Dilansir dari berbagai sumber, jantung buatan atau artificial heart itu digunakan sebagai alat untuk menggantikan peran utama jantung. Alat tersebut akan berfungsi ketika sistem transplantasi jantung tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Penelitian terkait jantung buatan ini dimulai pada akhir tahun 1940-an, hingga pada akhirnya terciptalah sebuah jantung buatan pertama yang berhasil ditanamkan kepada manusia bernama Jarvik-7 yang dipakai kepada Schroeder dan 4 pasien lainnya.

Operasi jantung buatan itu dilakukan di Humana Heart Institute International di Louisville, Kentucky dan dilakukan oleh Dr William C DeVries.

Di sisi lain, Schroeder juga mengajukan diri untuk dipakaikan jantung buatan dengan alasan dirinya mencintai kehidupan dan orang-orang di sekitarnya serta ingin membantu orang lain. Lantas, Siapa sebenarnya Schroeder ini?

Schroeder lahir di Jasper dan membesarkan keluarganya di rumah yang sama yang dimiliki orang tuanya. Dia sendiri lulus dari Jasper High School pada tahun 1950 dan bertugas di Angkatan Udara selama 15 tahun.

Sebagian besar waktunya pun diketahui dilakukan sebagai pengendali lalu lintas udara militer. Bersama dengan Angkatan Udara, ia menghabiskan waktunya di Texas, Michigan, Carolina Utara, Newfoundland, dan Arab Saudi.

Setelah pensiun dari Angkatan Udara, ia merupakan seorang pekerja produksi. Tercatat, dia pensiun pada tahun 1984 setelah dua tahun mengalami masalah jantung.

Pada saat serangan jantung itu, Schroeder pun kelebihan berat badan sekitar 50 pon dan merokok satu bungkus rokok per hari. Dia menghabiskan hidupnya dengan merokok selama 30 tahun, akan tetapi berhenti setelah menderita serangan jantung.

Selain itu, keluarga Schroeder ternyata memiliki riwayat penyakit jantung dan ibunya meninggal pada usia ke 57 tahun dikarenakan serangan jantung. Sedangkan ayahnya juga menderita penyakit jantung akan tetapi meninggal karena kanker paru-paru pada usia ke 63 tahun.

Sementara itu, di malam sebelum pembedahannya, Schroeder sangat lemah sehingga dokternya pun khawatir bahwa dia tidak akan bertahan sampai pagi. Saat itu, permintaan pertama setelah operasi pertamanya adalah bir.

Saat itu, Schroeder menangis tersedu-sedu ketika membahas apa yang telah dilakukan para dokter untuknya dan mengatakan betapa bahagianya dia masih hidup. Selain itu juga dalam beberapa hari setelah pembedahannya, ia berkeliling rumah sakit dengan kursi rodanya.

Dia memamerkan bekas luka bedahnya dan meminta pengunjung untuk meletakkan tangannya di dadanya dan merasakan jantungnya yang baru. Schroeder juga turut meyakinkan sesama warga asli Jasper yang menunggu operasi jantung.

Setelah memiliki jantung buatan, Schroeder pada akhirnya bisa melakukan berbagai aktivitas seperti mendaftarkan pernikahan putranya, piknik, memancing, dan pesta ulang tahun.

Sayangnya pada Rabu 7 Agustus 1986 pukul 13.35 waktu setempat, Schroeder pun meninggal dunia di usia ke 54 tahun dan dia pun dimakamkan di Jasper Ind. Nisan. Makam Schroeder sendiri terbuat dari batu granit dengan bentuk dua hati yang saling tumpang tindih.

Dokter di Louisville’s Humana Hospital Audubon mengatakan bahwa Schroeder meninggal dunia setelah serangkaian stroke yang mengganggu kemampuannya untuk bernapas.

Sementara itu juga, lamanya kelangsungan hidup Schroeder dan kemampuannya untuk tinggal di luar rumah sakit Kentucky juga adalah tanda-tanda kemajuan dalam program implan eksperimental tersebut.

Bahkan ahli sarafnya, Dr. Gary Fox mengaku kagum akan kekuatan keinginan Schroeder untuk hidup. Meskipun bisa melakukan berbagai macam aktivitas, namun Schroeder mengalami sakit hingga beberapa kali.

Tercatat pada 13 Desember 1984, dia menderita stroke pertamanya. Tak hanya itu saja, dia juga menderita gangguan bicara, depresi, dan gangguan ingatan dikarenakan stroke-nya dan kakinya juga sempat lumpuh sementara.

Kemudian pada 6 Mei 1985, ia kembali menderita stroke dan pada 9 November 1985 Schroeder juga menderita stroke parah ketiga dan dirawat di rumah sakit.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *