Hari ini, tepatnya 13 Januari 1965 silam, menjadi peristiwa kelam yang akan diingat Bangsa Indonesia sampai dengan sekarang. Di tanggal itu, terjadi peristiwa pengepungan dan penangkapan peserta pelatihan mental Pelajar Islam Indonesia (PII) yang dikenal dengan “Peristiwa Kanigoro”.
Para peserta pelatihan mental PII tersebut dikepung dan ditangkap oleh Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Pemuda Rakyat (PR) di Pondok Pesantren Al Jauhar, Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Diketahui, peristiwa kelam ini terjadi di waktu subuh atau sekitar pukul 04.30 WIB pada 13 Januari 1965. Saat itu, BTI dan PR sendiri dikenal berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Lantas, bagaimana latar belakang terjadinya Peristiwa Kanigoro ini?
Berdasarkan sejarahnya, saat itu Kanigoro merupakan desa yang dikenal sebagai basis PKI. Bahkan sebagian besar buruh tani di desa tersebut berafiliasi dengan BTI. Diceritakan pada masa itu, gerakan dan mobilisasi partai politik semakin meningkat, termasuk PKI.
Terhitung sejak 9 Januari 1965, PII Jawa Timur mengadakan kegiatan pelatihan mental di Desa Kanigoro dan diikuti peserta sebanyak 127 orang ditambah dengan panitia sebanyak 36 orang.
Meskipun kala itu izin kegiatan telah dikantongi, namun ada larangan mengadakan kegiatan dari Komandan Kodim Kediri, khususnya pada acara ceramah yang menghadirkan salah satu mantan aktivis, Masyumi, M. Samelan. Akan tetapi, salah satu panitia yang juga merupakan Pengurus PII Jawa Timur, Anis Abiyoso, tetap memaksa Samelan untuk berceramah.
Akibatnya pada waktu subuh, sekitar pukul 04.30 WIB, sebanyak 2.000 orang berbekal senjata tajam melakukan penggerudukan. Dalam penggerudukannya, BTI dan PR langsung menyerbu masjid dengan alas kaki, sandal, dan kaki telanjang yang tentunya itu menjadi sebuah perbuatan yang menyinggung umat muslim.
Namun dikarenakan kalah jumlah, panitia keamanan tak dapat menghadapi mereka. Mirisnya lagi, beberapa anggota BTI dan PR ada yang sampai membanting, menginjak-injak, sampai merobek Al-quran. Setelah semua peserta acara tersebut dapat dikuasai, KH. Jauhari, panitia dan peserta pelatihan mental diarak sejauh 7 kilometer ke Kantor Polisi Sektor Kras.
Kabar tentang Peristiwa Kanigoro tersebut menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga Putra KH. Jauhari, Gus Maksum Jauhari. Mendengar kabar tersebut, lantas ia pun bersiap untuk memegang kendali organisasi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kediri, yang menjadi salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU).
Pada 18 Januari 1965, setidaknya delapan truk yang membawa Banser langsung bergerak ke Desa Kanigoro. Dikarenakan hal tersebut, polisi pun mengambil langkah-langkah pengamanan. Salah satunya dengan menangkap Suryadi dan Harmono sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Sebulan setelah kejadian itu, atau tepatnya pada 1 Februari 1965, ratusan anggota PII menggelar rapat guna menyikapi peristiwa Kanigoro. Selepas rapat, mereka juga langsung mendatangi dan melakukan pelemparan ke kantor PKI sebagai induk organisasi PR dan BTI.
Akibat kejadian tersebut, Pengurus PII Jawa Timur, Anis Abiyoso menjadi buronan polisi. Pada 12 Februari 1965, polisi pada akhirnya menganggap kasus Peristiwa Kanigoro tersebut selesai ketika Anis menyerahkan diri di Malang.
Peristiwa Kanigoro ini turut diabadikan sebagai adegan pertama pada Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI yang diproduksi pada 1984 oleh Sutradara Arifin C. Noer dan disponsori oleh pemerintahan Masa Orde Baru pimpinan Jenderal Soeharto.