Begini Sejarah KCBN Muaro Jambi yang Direncanakan Akan Direstorasi

Posted on

Koropak.co.id – Presiden Joko Widodo atau Jokowi baru-baru ini mengunjungi Candi Kedaton di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, Provinsi Jambi, pada Kamis 7 April 2022.

Dalam kunjungannya itu, Jokowi menyebutkan bahwa pemerintah akan melakukan perbaikan-perbaikan di kawasan cagar budaya tersebut. Ia juga mengatakan, jika pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mulai melakukan pengerjaan di beberapa titik di tahun ini. 

“Adapun kawasan cagar budaya tersebut memiliki luas kurang lebih 3.980 hektare. Selain itu, diperkirakan kawasan ini dilingkari oleh sebuah kanal besar yang nantinya juga akan diangkat dan diperlihatkan, diperbaiki, direstorasi,” kata Jokowi sebagaimana dikutip dalam channel YouTube Sekretariat Presiden.

Jokowi juga turut menjelaskan terkait kondisi KCBN Muaro Jambi. Berdasarkan hasil pengamatannya, pengunjung akan disambut oleh tumpukan-tumpukan bata yang berusia lebih dari 1.000 tahun.

“Kan ini abad ke-7, sehingga menunjukkan bahwa saat itu teknologi sudah ada. Tanpa semen tapi bangunan bisa didirikan, sehingga ini adalah pusat pendidikan pada abad ke-7 dan termasuk yang terbesar di AS,” ujarnya.

Selain itu, Jokowi menyebutkan bahwa KCBN Muaro Jambi juga dahulunya merupakan pusat pendidikan bagi kedokteran dan obat-obatan. Bukan hanya itu saja, ia juga menerangkan apabila di kawasan yang sama terdapat ilmu arsitektur dan seni.

Terlepas dari itu, lantas bagaimana sejarah dari KCBN Muaro Jambi ini? 

Dilansir dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id, KCBN Muaro Jambi merupakan peninggalan Kerajaan Malayu Kuno dan Sriwijaya yang menjadi pusat peribadatan agama Buddha pada abad VII-XIII serta menjadi yang terluas di Indonesia. 

Baca : Asal Usul Batik Jambi, Dulu Pakaian Raja

Dalam sejarah regionalnya, kerajaan Malayu dan Sriwijaya diakui sebagai kerajaan yang berpengaruh sangat luas, baik di Nusantara maupun di daratan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. 

Kerajaan Malayu Kuno dan Sriwijaya juga berperan penting dalam percaturan politik-ekonomi internasional yaitu sebagai penghubung antara India dan Cina pada masa itu. Tak hanya itu saja, Muaro Jambi pun pernah menjadi pusat pendidikan Budisme abad V-VI.

Tercatat pada tahun 1975, Direktorat Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memulai penelitian dan pemugaran yang berlanjut sampai dengan sekarang.

Saat ini, KCBN Muaro Jambi yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi dimanfaatkan sebagai daerah hunian, kebun rakyat, perkebunan kelapa sawit, pembudidayaan ikan, dan tempat penimbunan batu bara (stockpile). 

Di tengah-tengahnya mengalir Sungai Batanghari yang menghubungkan antara Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Jambi dan bermuara di Selat Berhala. 

Lingkungannya pun ditandai oleh rawa air tawar dan tanggul alam purba (natural levee) yang terbentuk pada masa plestosen. Pada awalnya Muaro Jambi pernah menjadi laut dangkal dan hal inilah yang menyebabkan terbentuknya kawasan rawa yang sangat luas di Desa Muara Jambi dan sekitarnya. 

Temuan-temuan purbakala yang berada di atas tanggul alam purba, baik di sisi selatan maupun sisi utara dari Sungai Batanghari tentunya menandakan bahwa pada masa lalu permukiman kuno sejak abad VIII sudah menempati kedua sisi tanggul alam ini. Hal itu juga terbukti dari ditemukannya sisa-sisa kegiatan manusia kuno di kedua sisi sungai.*

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *