Tekstil, jalinan serat yang memeluk sejarah panjang manusia, membawa kita ke belantara zaman prasejarah di mana catatan hanya diukir dalam bukti-bukti arkeologis.
Temuan-temuan yang mencengangkan menyuguhkan cerita tentang awal kecemerlangan tekstil. Gumpalan serat wol dan benang yang tersembunyi di gua-gua Eropa menunjukkan kemahiran manusia dalam memintal benang dan merajut kain.
Di tanah Mesir Kuno, serat kapas telah menjadi bahan utama sejak 5000 SM, sementara di wilayah India dan Pakistan, kapas dan wol menyiratkan keberadaannya melalui artefak-arkefak di situs-situs Indus Valley pada 2600-1900 SM.
Jejak-jejak masa prasejarah juga terukir di Indonesia, di mana Situs Liyangan, Jawa Tengah, mengungkapkan kehadiran kain-kain yang terbuat dari serat daun pandan, menambah warna dalam narasi perkembangan tekstil di Nusantara.
Di tengah kesejajaran dengan alam, tekstil era prasejarah menjelma menjadi penopang keseharian manusia. Mereka bukan hanya pelindung tubuh dari cuaca dan matahari, tetapi juga penanda status sosial dan kesejajaran kelompok.
Melompat ke halaman-halaman kuno, karya Margarita Gleba dan Ulla Mannering membuka tirai tentang penggunaan kapas, rami, dan wol sebagai bahan utama dalam pembuatan kain pada masa prasejarah. Dari tunik hingga kain penutup, tekstil merajut benang kisah manusia dalam memaknai kehidupan.
Era Neolitikum membawa angin baru dalam dunia tekstil, memperkenalkan teknik tenun dan merajut yang memungkinkan produksi dalam skala lebih besar. Melalui pewarnaan, bordir, dan sulaman, kain-kain prasejarah menceritakan perjalanan panjang menuju keindahan yang abadi.
Dalam sorotan sejarah, kain Gua Otzi berdiri gagah, menyiratkan teknik menenun yang menjelma menjadi ikon dalam perjalanan panjang tekstil.
Dengan bahan-bahn alami dan teknik felting, manusia prasejarah meramu kain yang tahan lama dan tahan air, menjadikannya tidak hanya sebagai pakaian, tetapi juga benda dekoratif dan ritual.
Perjalanan zaman membawa kita ke industri tekstil yang semakin besar, menciptakan lautan lapangan kerja tetapi juga menimbulkan tantangan etika dan keberlanjutan.
Dalam tarian masa depan, inspirasi dari masa prasejarah menjadi pencerahan bagi upaya menciptakan produk tekstil yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.