Bandara Kemayoran

Menguak Alasan Dibalik Penutupan Bandara Kemayoran

Posted on

Pada masa kejayaannya, Bandar Udara Internasional Kemayoran, Jakarta Pusat, adalah sebuah simbol kebanggaan karena menjadi bandara internasional pertama di Indonesia. Namun, kini, hanya tinggal kenangan.

Pada tanggal 1 Juni 1984, tepat 40 tahun yang lalu, Bandara Kemayoran resmi mengakhiri operasinya. Penutupan ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yang cukup signifikan.

Dua hari sebelum peresmian, bandara tersebut sudah kedatangan pesawat yang melakukan pendaratan. Pesawat yang pertama mendarat di Bandara Kemayoran adalah DC-3 yang terbang dari lapangan udara Tjililitan (sekarang Halim Perdana Kusuma Jakarta).

Menurut Harian Kompas, pada 22 Desember 1977, Bandara Kemayoran ditutup karena wilayahnya masuk dalam area pendaratan Bandara Cengkareng/Soekarno-Hatta yang lebih besar.

Selain itu, masalah keselamatan penerbangan juga menjadi pertimbangan penting, karena jarak landasan udara Bandara Kemayoran yang bersilangan, serta kedekatannya dengan Bandara Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusumah.

Kisah Bandara Kemayoran dimulai pada tahun 1934 saat Hindia Belanda membangunnya. Resmi diresmikan pada 8 Juli 1940, bandara ini awalnya memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, masing-masing utara-selatan dan barat-timur.

Nama “Kemayoran” diambil dari tanah milik Komandan VOC, Mayor Isaac de I’ostal de Saint Martin, yang terletak di daerah Kemayoran.

Sebagai bagian dari rencana modernisasi, pada 31 Maret 1985, Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng diresmikan sebagai pengganti Bandara Kemayoran.

Setelah penutupan Bandara Kemayoran, kawasan tersebut mengalami transformasi menjadi pusat bisnis dan permukiman, dengan berdirinya hotel, perkantoran, dan pusat perbelanjaan.

Dengan demikian, meskipun Bandara Kemayoran telah berhenti beroperasi, warisan sejarahnya tetap menjadi bagian penting dari perkembangan Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *