Dengan hembusan melodinya yang khas, lagu “Nenek Moyangku Orang Pelaut” ciptaan Ibu Soed memancarkan pesan moral dan perasaan mendalam.
Di dalam liriknya tersembunyi cerita bahwa bangsa Indonesia adalah pelaut ulung yang telah memahat sejarah kemaritiman mereka di atas gelombang samudera.
Dilansir dari situs resmi Kemdikbud, sebelum bahasa Austronesia berbicara di kepulauan Nusantara, Jawa telah menjadi saksi bisu kedatangan Homo Sapiens, seperti Homo Wajakensis.
Von Reitschoten pada 1889 menemukan fosil yang menjadi bukti nyata peradaban masa lalu di daerah Wajak, Jawa Timur. Di tengah rahasia fosil tersebut, Eugene Dubois menggali kisah dari serpihan-sepihan sejarah yang menuturkan tentang kehadiran manusia-manusia kuno.
Bukan hanya di Jawa, jejak Homo Sapiens berlalu lalang di berbagai wilayah, dari Serawak di Malaysia hingga Palawan di Filipina. Fosil yang ditemukan menunjukkan bahwa, ribuan tahun silam, Indonesia telah dihuni oleh makhluk cerdas dan penuh misteri.
Di Lembah Bengawan Solo, von Koenigswald dan Weidenrich menemukan fosil lain yang menceritakan saga manusia purba, Homo Soloensis. Mengungkap rahasia dari Pleistosen, Homo Sapien telah melalui berbagai tahap evolusi dan adaptasi.
Begitu juga kisah dari Pegunungan Sewu, di mana penemuan di Situs Goa Braholo menuturkan kehadiran manusia berbeda ras, namun tetap bersaudara. Semua ini menandakan Jawa sebagai ladang subur bagi berbagai jenis Homo Sapiens, yang menghuni, beradaptasi, dan akhirnya menjejakkan kisahnya di sejarah.
Dari daratan Cina Selatan, terjadi eksodus bangsa Mongol menuju Taiwan sekitar 3500 SM. Mereka membawa dengan mereka ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang kemudian bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Perjalanan panjang mereka melewati Taiwan, lalu berakhir di Pantai Utara Jawa.
Situs-situs kuno di Jawa Tengah dan sekitarnya menuturkan kisah peradaban yang luar biasa. Mereka adalah para pelaut, penjelajah, dan pedagang yang menjadikan Indonesia sebagai pusat kemaritiman masa lampau.
Kern, dalam pandangannya, menyebutkan bahwa Nusantara berasal dari daratan Asia. Sebuah keragaman budaya dan ras yang kemudian berbaur, beradaptasi, dan menciptakan identitas bangsa yang kita kenal sekarang sebagai Indonesia.
Kemaritiman, bukan sekadar tentang laut, namun juga tentang kehidupan di daratan dan interaksi dengan dunia luar. Masa prasejarah hingga sejarah abad ke-5–15 Masehi menandai kejayaan maritim bangsa Indonesia yang kini menjadi inspirasi bagi generasi saat ini untuk terus melanjutkan kejayaan tersebut.
Situs-situs kubur di Pantura Jawa menjadi saksi bisu dari kehidupan masyarakat yang maju dan memiliki kecintaan mendalam terhadap laut. Setiap fragmen fosil dan artefak adalah syair dari puisi masa lalu yang mengekspresikan kejayaan, keberanian, dan kecintaan bangsa Indonesia terhadap samudera.