Pasukan Banteng Raider

Sejarah Pasukan Banteng Raider, Cikal Bakal Lahirnya Kopassus

Posted on

Tepat setiap tanggal 23 Maret, Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 400/Banteng Raider merayakan hari kelahirannya.

Diketahui, Banteng Raider sendiri merupakan pasukan yang mempunyai kemampuan khusus dengan latihannya yang digembleng di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Bermarkas di Srondol Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, batalyon ini berada di bawah kendali langsung Pangdam/IV Diponegoro. Dalam perjalanan sejarahnya, pasukan ini digunakan untuk menumpas separatisme.

Tercatat lebih dari satu dekade yang lalu, pasukan Banteng Raiders telah berpengalaman dalam berbagai pertempuran, mulai dari melawan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Tengah, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra Barat, hingga terlibat dalam perebutan Irian Barat.

Seiring perjalanannya, jumlah personil dari pasukan ini pun semakin besar. Berdasarkan sejarahnya, disebutkan bahwa Jenderal Ahmad Yani membentuk Benteng Raider untuk menandingi pasukan Tentara Islam Indonesia yang dipimpin Amir Fatah di wilayah Jawa Tengah.

Diceritakan saat itu, Ahmad Yani menggalang gerakan benteng nasional dan melatihnya secara khusus di wilayah Magelang. Kemudian pasukan khusus tersebut pun dikembangkan dengan personel yang diambil dari tentara serta Teritorial Diponegoro yang berada di wilayah Jawa Tengah.

Pada awalnya, Ahmad Yani membentuk pasukan ini secara kecil. Meskipun begitu, pasukan bentukannya ini mempunyai daya gempur, daya kejut, dan bermental baja. Pasalnya, mereka dilatih dengan gemblengan yang keras, terutama bagaimana caranya agar bisa menghadapi situasi sesulit apapun.

Pasukan tersebut pun dinamakan Banteng Raiders dengan simbol kepala banteng yang berarti jika terluka bukannya mundur, akan tetapi mengamuk bagaikan banteng yang terluka.

Salah satu prestasi gemilangnya adalah keberhasilannya dalam operasi penumpasan DI/TII yang dinamakan Gerakan Banteng Nasional (GBN) dengan komando operasinya bermarkas di Slawi Jawa Tengah. Padahal diketahui sebelumnya cukup sulit sekali dalam menumpas pasukan DI/TII.

Setelah Ahmad Yani diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Banteng Raiders sudah berhasil sebesar tiga batalyon. Mulai dari Banteng Raiders I di Magelang, Batalyon Infanteri 454 sebagai Banteng Raiders II di Srondol, dan Banteng Raiders III di Jatingaleh.

Tercatat banyak anggota Banteng Raiders I yang kemudian masuk ke dalam Resimen Tjakrabirawa atau pasukan pengawal Presiden Soekarno pada 1962-an. Meskipun demikian, Batalyon Banteng Raiders I dan III tetap ada.

Selain itu, ada juga anggota Banteng Raiders yang masuk pasukan khusus Angkatan Darat, yaitu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Program ini sendiri dimulai pada akhir tahun 1963.

Ken Conboy dalam “Kopassus: Inside Indonesia’s Special Forces” mencatatkan bahwa unit pertama yang dipilih dari pasukan ini untuk konversi adalah Batalyon 441 Banteng Raiders III yang berbasis di Semarang.

Setelah pelatihan di Batujajar, mereka akhirnya menjadi Batalyon 3 RPKAD. Pada 1966-an, RPKAD kemudian berubah menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Lalu pada 1971 berubah kembali menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *