Masjid Al Ukhuwwah

Transformasi Masjid Al Ukhuwwah: Dari Gedung Setan ke Tempat Ibadah

Posted on

Sebelum Masjid Al Ukhuwwah menjulang megah di tengah kota Bandung, Jawa Barat, lokasi tersebut menyimpan kisah yang terkait dengan sejarah dan perubahan zaman yang mengubahnya dari sebuah tempat yang dianggap angker menjadi pusat spiritual yang ramai.

Dahulu, area tersebut menjadi tanah yang dirintis oleh sebuah bangunan yang bernama Loji Sint Jain, sebuah bangunan yang ternyata menjadi lokasi pertemuan para anggota Freemason di Kota Kembang.

Dinukil dari Detik, gedung tersebut dikenal dengan nama Loge St. Jan atau Loge Sint Jan. Gedung itu, dalam kenangan masyarakat, sering kali terlihat sepi dan tertutup, menjadikannya sebagai objek angker yang diberi julukan sebagai gedung setan.

Namun, jauh dari stigma negatif tersebut, gedung tersebut pada masa itu menjadi tempat bagi para anggota Freemason untuk melakukan diskusi dan kegiatan-kegiatan tertentu.

Menurut penuturan Gadis Noer Hadianty, seorang pencerita sejarah dari Bandung, para orang tua dahulu sering menggunakan istilah “Gedung Setan” untuk menakut-nakuti anak-anak yang terlambat pulang setelah bermain. Padahal, di balik citra yang menyeramkan tersebut, banyak kegiatan positif yang dijalankan di gedung ini.

Meskipun berkembang dengan stigma negatif, kegiatan Freemason sebenarnya cenderung positif, terutama dalam bidang sosial dan pendidikan. Para anggota aktif membangun perpustakaan dengan koleksi buku terlengkap di Bandung pada zamannya.

Perpustakaan tersebut bahkan menjadi tempat ibu Inggit Garnasih menyelundupkan buku-buku ke dalam penjara Soekarno di Banceuy. Dalam buku “Okultisme di Bandoeng Doeloe” yang ditulis oleh M Rydzki Wiryawan, disebutkan bahwa Loji Sint Jain dibangun pada tahun 1896 dengan harapan akan membawa berkah bagi Bandung.

Loji ini aktif dalam memberikan kredit ringan kepada masyarakat untuk melawan rentenir, mendirikan sekolah-sekolah, dan mendukung pendirian lembaga orang buta di Bandung.

Akan tetapi, karena sifatnya yang rahasia dan kurangnya partisipasi pribumi, gerakan Freemason dianggap sebagai gerakan ajaran sesat oleh sebagian masyarakat.

Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai pemuja setan. Organisasi ini akhirnya berakhir pada masa penjajahan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka, kegiatan Freemasonry dilarang melalui Keputusan Presiden.

Gedung Loji St. Jan kemudian berubah fungsi menjadi Gedung Graha Pancasila, sebelum akhirnya digusur dan dijadikan lahan untuk membangun Masjid Al Ukhuwwah pada tahun 1990-an.

Sekarang, masjid tersebut menjadi pusat kegiatan keagamaan yang ramai, terutama karena lokasinya yang strategis dekat dengan Gedung Balai Kota, yang membuatnya sering dipakai untuk kegiatan ibadah para Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkot Bandung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *